Mencairkan “Kejumudan”, Mengembalikan Ghiroh Dakwah

*Mencairkan “Kejumudan”, Mengembalikan Ghiroh Dakwah.*

by Derysmono

 

Sejatinya Dakwah itu eksis dan konsisten, namun pada kenyataannya sering terjadi ” Kejumudan ” Atau kekakuan, stagnan. Hal ini tentu tidak baik jika dakwah mengalami kemandekan “Jumud”.

“Jumud” dalam pergerakan dakwah sangat berbahaya, sebaliknya dalam geraknya dakwah ada keberkahan dan kebaikan, bagai air yang mengalir semakin banyak rintangannya maka semakin jernih, tapi jika dia hanya kaku dan mengendap lambat laun hanya menjadi tempat ternak nyamuk.

Syair Imam Syafi’I :

إِنِّيْ رَأَيْتُ وُقُوْفَ المَاءِ يُفْسِدُهُ

إِنْ سَالَ طَابَ وَإِنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ

 

Sesungguhnya saya melihat air yang tergenang itu pasti akan rusak, jika mengalir maka air tersebut akan baik jika tidak maka ia akan membusuk

 

“Jumud” ini semacam penyakit yang mengerikan, darah yang kita butuhkan setiap hari, jika menggumpal dia akan membahayakan bahkan sangat membahayakan. Tubuh yang kuat akan sakit saat ada “jumud” dalam darahnya, Otak yang cerdas akan tumpul, jika ia terkena “jumud”. bahkan cinta akan mati, karena disikapi dengan “jumud” tanpa ada reaksi dan aksi.

*mencari sumber kejumudan*

Banyak hal yg membuat aktivitas dakwah menjadi “jumud”, diantaranya adalah redupnya misi dan nawaitu dakwah (Dho’ful Himmah), kebuntuan inovasi, kaku dalam aksi, miskomunikasi, cepat puas diri.

 

Akibat dari kejumudan adalah menurunnya produk dakwah, lesu nya keikutsertaan, dan hilangnya ghiroh dakwiyyah (semangat dakwah).

*Upaya Mencairkan Kejumudan*

Dakwah yang dibawa oleh Rasulullah saw dan para sahabat ialah dakwah penuh dengan energi dan spirit. bahkan geteran energi tersebut masih terasa walau beribu tahun lamanya.

Misalnya saja ada upaya untuk membendung dakwah Nabi saw di Makkah, tapi Nabi SAW “mengalirkan” Dakwah tersebut ke Thaif yang jaraknya 110 KM dari kota makkah, ketika ditolak di Thaif beliau terus bergerak, menuju Yatsrib (Madinah). Daya juangnya menembus ruang bahkan waktu.

Dakwah yang dilakukan Nabi SAW terorganisir, rapi, tersusun, merupakan qudwah hasanah bagaimana “mencairkan” Kejumudan dakwah.

Ada satu kisah menarik, saat Nabi SAW tidak kunjung mendapatkan wahyu selama 3 tahun lamanya, ayat yang turun adalah surat Ad-dhuha.

Allah SWT berfirman:

وَٱلضُّحَىٰ وَٱلَّيۡلِ إِذَا سَجَىٰ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ وَلَلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لَّكَ مِنَ ٱلۡأُولَىٰ وَلَسَوۡفَ يُعۡطِيكَ رَبُّكَ فَتَرۡضَىٰٓ أَلَمۡ يَجِدۡكَ يَتِيمٗا فَ‍َٔاوَىٰ وَوَجَدَكَ ضَآلّٗا فَهَدَىٰ وَوَجَدَكَ عَآئِلٗا فَأَغۡنَىٰ

“Demi waktu matahari sepenggalahan naik. Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap) .Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” (Q,S. Adh-Dhuha 93:1-8)

Kalau kita belajar pada ayat ini, Kekuatan Aktifis dakwah ada pada kedekatan kepada Allah, tingginya ruhiyah akan berdampak ada jalan sirkulasi dakwah. Terus bergerak. Tanpa kaku dan lesu.

Semoga tulisan yang sedikit ini melecut semangat kita, menaikkan ghiroh kita, mempunyai semangat seperti yang dikatakan Nabi SAW,

demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah yang akan membuktikan kemenangan itu ditanganku, atau aku binasa karenanya.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *